Minyak Kemukus (Piper Cubeba L.f)
Pendahuluan
Kemukus
(piper cubeba L.f) tumbuh di bawah
naungan naungan pohon kopi, kakao dan randu. Buah kemukus diperoleh ketika
sudah berumur tiga tahun, berbenatuk seperti lada, diujung buah terdapat ekor
sehingga sering disebut buah berekor. Kemukus tumbuh baik pada ketinggian 300
dpl, banyak ditemukan di daerah Purbalingga, Banyumas, Temanggung dan Semarang
(Rusli, 2010).
Gambar
1. Tanaman dan Buah Kemukus
(www.indonework.co.id)
Minyak
atsiri dari kemukus berwarna kuning pucat (gambar 2), diperoleh melalui
penyulingan (distilasi uap) buah yang siap panen, kering dan berwarna hitam.
Gambar
2. Minyak kemukus
(www.indonetwork.co.id)
Kemukus
adalah salah tumbuhan penghasil minyak atsiri utama dari Indonesia. Minyak
kemukus dengan nama pasaran cubeb oil
adalah minyak atsiri yang berfungsi sebagai bahan baku pembuatan makanan,
minuman, perasa, sabun, deterjen, parfum dan bahan baku obat-obatan (Departemen
Perdagangan, 2011).
Minyak Atsiri dalam Kemukus
Minyak
kemukus adalah penghasil minyak atsiri yang didominasi oleh senyawa terpen
(gambar 3), yang tersusun oleh molekul isopren,(C5H8)n.
Jika n molekul isopren adalah 2 disebut monoterpen (C5H8)2,
sesquiterpen memiliki 3 molekul isopren (C5H8)3.
Terpen oxygenat mengandung senyawa okisgen dalam rantai karbon penyusunnya.
|
|
||||
Gambar 3. Senyawa Terpen : (a) Isopren, (b) monoterpen : a-pinen, (c) monoterpen oxygenat : cis-sabinen, (d) sesquiterpen : β-caryophyllen
Kemukus mengandung minyak atsiri, seskuiterpen, asam kubebat, zat pahit kubebin, piperina, piperidin, zat pati, gom dan resin. Sedangkan minyaknya mengandung terpen, δ-sabinen, dipenaten, sineol, δ -terpenol, kadinen, kadinol, derivat seskuiterpen. Setiap tahun pasar dunia seperti Eropa, India, China, Jepang, dan AS membutuhkan sekitar dua juta ton kemukus untuk bahan baku kosmetik, bumbu masak, farmasi, dan obat tradisional. (Departemen Pertanian, 2007).
Kemukus mengandung minyak atsiri, seskuiterpen, asam kubebat, zat pahit kubebin, piperina, piperidin, zat pati, gom dan resin. Sedangkan minyaknya mengandung terpen, δ-sabinen, dipenaten, sineol, δ -terpenol, kadinen, kadinol, derivat seskuiterpen. Setiap tahun pasar dunia seperti Eropa, India, China, Jepang, dan AS membutuhkan sekitar dua juta ton kemukus untuk bahan baku kosmetik, bumbu masak, farmasi, dan obat tradisional. (Departemen Pertanian, 2007).
Bos,
dkk (2007) telah melakukan hidrodistilasi buah matang dan daun kemukus (piper cubeba) asal Tulungagung, Jawa
Tengah. Hasil hidrodistilasi menghasilkan yield yang berbeda, masing-masing
yaitu 11.8 % (w/w) dan 0.9 % (v/w). Berdasarkan analisa komponen produk
hidrodistilasi, buah mengandung minyak atsiri 59.6 % (103 komponen) sedangkan
daun 77.9 % (62 komponen). Minyak yang terdapat dalam buah dan daun tersebut
mengandung monoterpen masing-masing 16.8 % dan 17.0 %. Monoterpen oxygenat
adalam buah dan daun masing-masing adalah 3.6 % dan 10.6 %. Sesquiterpen utama
dalam buah 23.7 % dan daun 30.9 %.
Sesquiterpen oxygenat pada buah dan daun masing-masing 15.5 % dan 18.6 %. epi-cubebol
pada buah dan daun masing-masing adalah 4.6 % dan 4.2 % dan cubebol (gambar 4) masing-masing
5.6 % dan 4.8 %. Kedua komponen tersebut merupakan sesquiterpen utama dalam
minyak kemukus. Senyawa cubebol (cubeb
oil) adalah komponen perasa yang menimbulkan rasa dingin dalam mulut. Komponen
lainnya adalah guaiol (2.9%) dalam buah, γ -cadinol (2.7%) dan α-cadinol (1.9%)
dalam daun.
Gambar 4. Cubebol
Lawrence
(1980) mengidentifikasi sampel komersial buah kemukus Indonesia dan menemukan
bahwa senyawa terpen utama dalam minyaknya adalah α-copaen (10.4%), β-cubeben
(11.0%) dan cubebol (10.0%), dimana cubenol dan epi-cubenol adalah 3.5%.
Minyak
kemukus secara umum didominasi oleh kumpulan senyawa terpen walaupun dinamakan cubeb oil. Kumpulan senyawa terpen
tersebut adalah senyawa karbon yang memiliki gugus alkil bercabang dan ikatan
rangkap tunggal cukup besar. Oleh karena itu komponen terpen dalam minyak
kemukus merupakan salah satu sumber alternatif produksi senyawa biohidrokarbon.
Minyak Kemukus sebagai
Sumber Biohidrokarbon
Pengulangan
gugus isopren yang mengandung beberapa cabang (alkil) dan melalui hidrogenasi
total ikatan rangkap (unsaturated)
akan menghasilkan bahan bakar yang memiliki sifat lebih unggul dibanding bahan
baku yang lain. Permasalahan yang muncul saat ini adalah perlunya peningkatan
salah satu parameter bahan bakar namun parameter yang lain masih memenuhi
standar bahan bakar yang berlangsung di suatu negara. Sebagai contoh adalah
permasalahan titik tuang dan titik awan biodiesel apabila digunakan di daerah
yang memiliki empat musim seperti di Eropa. Upaya yang telah dilakukan adalah
dengan melakukan reaksi hidrogenasi parsial untuk menghasilkan ikatan rangkap
tunggal (monounsaturated).
Bahan
bakar diesel adalah bahan bakar dengan kandungan senyawa hidrokarbon C13-C17.
Bahan bakar diesel menghendaki adanya gugus iso-alkana untuk meningkatkan titik
tuang dan titik beku, terutama untuk daerah-daerah yang memiliki musim dingin. Setana
(C16) merupakan senyawa standar penentuan angka setana bahan bakar
diesel dengan angka setana 100, namun hanya memiliki titik beku 18 0C.
Salah satu cara untuk menurunkan titik beku tersebut adalah dengan
mengisomerisasi atau mengalkilasi hingga terbentuk senyawa bercabang.
Biohidrokarbon dari senyawa terpen tidak memerlukan proses lanjutan karena
langsung menghasilkan bahan bakar diesel dengan titik beku jauh lebih rendah.
Bahan
bakar seperti bensin yang umum digunakan saat ini adalah bahan bakar dengan
kandungan iso-alkana 25-40 %. Untuk meningkatkan karakteristik bensin merujuk
ke standar yang ada, maka upaya untuk menurunkan titik beku bensin dengan angka
oktan tinggi adalah menambahkan senyawa iso-alkana dalam jumlah yang lebih
besar dan sifat yang lain masih memenuhi standar. Jenis bahan bakar lain
seperti avtur juga membutuhkan campuran dari berbagai hidrokarbon yang
mendukung terbentuknya bahan bakar dengan karakteristik unggul. Komposisi bahan
avtur didominasi oleh senyawa alkana, terutama n-alkana dan isoalkana. Selain
kedua komponen tersebut, alkana siklis juga dibutuhkan dalam jumlah lebih
kurang 20 % seperti yang dilaporkan Colket (2007).
Pemanfaatan
terpen sebagai salah satu komponen untuk memperoleh bahan bakar dengan
karakteristik lebih baik telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Salah satunya dalam rangka menghasilkan bahan bakar dengan densitas lebih
tinggi. Meylemans (2012) menggunakan senyawa terpen α-pinen, camphen, limonen
dan terpentin untuk menghasilkan bahan bakar tersebut. Sebagai contoh yang
dilaporkan dalam penelitiannya adalah β-pinen di-isomerisasi/dimerisasi,
kemudian dihidrogenasi untuk menghasilkan hidrokarbon dengan densitas lebih
baik (gambar 5). Bahan bakar yang dihasilkan berada termasuk dalam klasifikasi
bahan bakar jet, diesel dan kendaraan taktis.
Gambar 5. Isomerisasi/Dimerisasi β –pinen
Gambar 6. Konversi Bioisopren dalam
Reaksi Metatesis Minyak Bumi
McAuliffe
(2015) baru-baru ini memanfaatkan isopren dan turunannya sebagai bahan baku
campuran isoprene dari minyak bumi untuk menghasilkan berbagai jenis bahan
bakar yang memiliki sifat lebih baik (Gambar 6). Isopren dari minyak bumi
memiliki pengotor dan biaya yang dibutuhkan untuk menghilangkan tersebut
pengotor cukup besar. Oleh karena itu isopren hasil biosintesis (bioisopren)
kemudian dijadikan sumber lain dalam rangka meningkatkan sifat bahan bakar yang
dihasilkan. Bioisopren dikontakkan dengan katalis dalam reaksi metatesis untuk
menghasilkan senyawa olefin kemudian dihidrogenasi parsial menjadi senyawa
alkana. Produk yang dihasilkan adalah alkana C7-C15
tergantung kompleks logam yang terlibat sebagai dalam reaksi metatesis.
Kesimpulan
Berdasarkan
contoh-contoh diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan senyawa
terpen yang diperoleh dari minyak kemukus adalah satu bahan baku potensial
untuk menghasilkan berbagai jenis bahan bakar dengan karakteristik lebih unggul
dibanding bahan baku yang lain tanpa memerlukan reaksi lanjutan.
Daftar Pustaka
Bos,
R., Woerdenbag, H., J., Kayser, O., Quax, W.J., Ruslan, K. dan Elfami, 2007, Essential Oils Constitutents of Piper Cubeba
L.f fils. from Indonesia, J. Essent. Oil, 19, hal 14-17.
Colket,
M., 2007, Development of an Experimental
Database and Kinetic Models for Surrogate Jet Fuels, hal. 1-21.
Departemen
Perdagangan 11, 2011, Indonesia Essential
Oil ; The Scent Of Natural Life, Cetakan pertama, hal. 19, Jakarta
Departemen
Pertanian, 2013, Tanaman Kemukus, The dan Kopi, online : http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-210-tanaman-kemukus-teh-kopi-.html, Jakarta. diakses 11
April 2015
Lawrence,
B., M., 1980, Progress in Essential Oils,
Flavor, Edisi 5, hal. 27-32.
Meylemans,
H., A., Quintana, R., L. dan Harvey, B., G., 2012, Efficient conversion of pure and mixed terpene feedstocks to high
density fuels, hal 560-568.
McAuliffe,
J., C., 2015, Fuel Composition Comprising
Isoprene Derivative, Patent US8933282 B2.
Rusli,
M., S., 2010, Sukses Memproduksi Minyak
Atsiri, Cetakan Pertama, hal. 45-46, Jakarta.
Wijaya,
W., Minyak Kemukus, online : http://www.indonetwork.co.id/
pt_putera_j_persada/3652546/cubeb-oil-minyak-kemukus.htm, Jakarta, diakses 11
April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment Please!