Asam
fitanoat atau asam fitanik adalah asam lemak bercabang dengan rumus molekul C20H40O2.
Gambar
Struktur Molekul Asam Phitanat (phytanic
acid)
Tabel. Sifat fisika dan
Kimia Asam Fitanoat
Keterangan
|
Asam
Phitanat
|
Nama
IUPAC
|
3,7,11,15-Tetramethylhexadecanoic
Acid
|
Formula
|
C20H40O2
|
Berat
Molekul (gr/mol)
|
312.531
|
Warna
|
Cairan tidak berwarna
|
Titik
Leleh (0C)
|
- 65
|
Titik
Didih (0C)
|
Tidak
ada data
|
Kelarutan
dalam air a
|
<
100 mg/mL 25
|
Tekanan
uap (mmHg) a
|
44.6
20
|
Sumber :
CRC Handbook of
Chemistry and Physics, 95th Edition
https://www.caymanchem.com/msdss/90360m.pdf
Asam
fitanoat diperoleh beberapa spesies hewan dengan memakan tanaman atau produk
hewani. Pada hewan ruminansia (berlambung empat : rumen, retikulum, omasum, abomasum),
fermentasi bahan tanaman dicerna oleh mikroba dalam usus dengan membebaskan
fitol, konstituen penyusun klorofil. Fitol dimetabolisme dengan cepat dalam
tubuh hewan ruminansia membentuk asam fitanoat dan disimpan dalam lemak. Contoh
hewan ruminansia adalah sapi, kerbau, kambing dan domba. Selain pada hewan
ruminansia, asam fitanoat ditemukan pada hewan laut seperti beberapa jenis
ikan, moluska dan lemak lumba-lumba dan beberapa jenis kera.
Manusia
bisa memperoleh asam fitanoat dengan mengkonsumsi klorofil dari tanaman, namun
tidak mencukupi. Oleh karena itu manusia dapat memperoleh asam fitanoat dari
lemak hewan ruminansia, lemak ikan dan susu. Proses metabolism asam fitanoat
diawali dengan alfa-hidroksilasi diikuti oleh dehidrogenasi dan dekarboksilasi.
Kelebihan asam fitanoat menyebabkan terjadinya penumpukan dalam jaringan,
dikenal dengan penyakit refsum, salah satu penyakit keturunan yang jarang
terjadi.
Berdasarkan
struktur molekulnya, asam fitanoat adalah asam lemak dengan rantai alkil C16
(hexadekana), setara dengan senyawa parafin penyusun minyak diesel.
N-hexadekana adalah senyawa parafin yang memiliki angka setana 100. Adanya
gugus metil sebagai cabang rantai lurus alkil memungkinkan produksi bahan bakar
dari asam fitanoat dengan karakteristik yang lebih baik, terutama untuk
meningkatkan kerentanan perubahan karakteristik bahan bakar solar pada suhu
rendah, seperti titik tuang (pour point)
dan titik awan (cloud point). Melihat
sumber-sumber ditemukan asam fitanoat masih terbatas, maka pembuatan senyawa
hidrokarbon dari asam fitanoat dapat digunakan sebagai aditif untuk
meningkatkan ketahanan bahan bakar solar pada cuaca dingin (cold properties).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment Please!