Selasa, Februari 05, 2013

Semoga Khusnul Khotimah, Kami Ikhlas

Hmmmm... rasanya berat menuliskan ini...
tiba-tiba saja didepan komputer selesai mengejar hasil pengumpulan poin perekayasa, ingin ku tulis sebuah rangkaian proses kepuasan, walaupun orang lain merasa aku kehilangan (faktanya iya...). Ya, Bapak ku tersayang pergi....untuk selamanya....semoga khusnul khotimah dan ditempatkan di sisiNya. Sebenarnya malas nulis tentang ini, tapi setidaknya sedikit atau banyak, ada beberapa hikmah yang bisa diambil.

Mungkin masa lalu yang sulit, menjadikanku lebih tegar dalam mengatasi masalah, gak cemen, walaupun kesedihan itu pasti ada.

Tanggal 3, ku mendadak pulang karena Bapak sakit. Waktu itu yang terpikir adalah Bapak paling dirawat beberapa hari saja di Rumah Sakit, tapi kenyataan bicara lain. Enam belas hari di RS bukan waktu yang singkat, dan naasnya lagi, anaknya merantau semua dan berpencar kemana-mana. Ku menyadari, kakak2 yang sudah berkeluarga mempunyai waktu yang terbatas dan akan banyak pertimbangan dalam menghadapi masalah ini, hingga akhirnya hanya 4 orang dari 5 bersaudara yang bisa pulang dan melihat Bapak di RS.

Melihat perkembangan Bapak, entah apa yang ada di pikiran ini, yang terpikir aku berjanji akan menjaga Bapak sampai kembali dari RS. Dia butuh aku, dia butuh anak kesayangannya, mendampinginya siang malam untuk menghadapi sakitnya di RS. Diagnosa komplikasi membuatku semakin tidak tega untuk kembali dalam cuti yang mungkin terbatas.

Mulai dari RS Suliki, Payakumbuh hingga ke Padang, kami bersaudara mengatur waktu untuk menjaganya, karena yang nungguin juga harus tetap sehat. Semua ini butuh waktu, tenaga dan tentu saja biaya. Dalam hal ini, kami berkomitmen, kita rawat Bapak semampu kita, karena kita juga punya keterbatasan, dan selalu berdoa agar Bapak segera sembuh. Kasihan sekali, tak pernah dia dipasang alat-alat aneh seperti itu, sangat tidak tega kalau melihatnya. Tak pernah dia merasa tersiksa seperti itu kayanya, hingga pada saat dia bisa ngomong dia bilang, ayo kita pulang, jangan lama-lama disini. Namun, kami benar-benar mau memastikan dia sembuh sebelum dia dirawat di rumah.

Hingga akhirnya, tanggal 16 Januari 2012, dia pergi selamanya. Satu hal yang kami telah berkomitmen sebelumnya, apapun kita berjuang maksimal untuk Bapak, namun ketika Tuhan mengatur lain, kita harus tabah, sabar dan ikhlas. Jujur, sulit bagiku, namun aku sadar, cepat atau lambat kami juga akan tetap kehilangan. Sejauh kita telah berusaha maksimal, kita akan puas dan dengan tegar mengatakan, kita ikhlas.

Ku melihat (asumsi pribadi), inilah puncak letihnya Bapak, dia berjuang untuk kami, walaupun akhir-akhir ini hanya sekedar tempat berbagi, meminta saran dan pendapat, tak ada beban buat anaknya yang sudah besar, namun dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih berpikir, gimana caraku untuk menyayangi anak-anakku. Pikiran dan tenaga dia curahkan untuk mimpi-mimpi anaknya, Trimakasih bapak.

Ketika kepergiannya, ku mencoba sabar, dan mencoba tabah menghadapinya, walaupun pada akhirnya aku luluh juga, ketika ku menyadari bahwa aku telah ditinggalkan kedua orang tua. Yang kuingat sebelum kepergian Bapakku, "Allah Maha Tahu, Dia tidak akan memberi beban diluar batas kemampuan hambaNya". Dua minggu dirumah membuatku kembali mengingat detail masa kecil, bahkan sampai disini, di Parung, masih ingat. Sulit juga........

Kami berharap sebelum kepergiannya, kami masih bisa membuatnya bangga, memberinya hadiah yang tidak mampu dia lihat sampai selesai. Namun, dia disana tersenyum, meskipun dulu dia tau masa sulit dia dan anaknya tapi sekarang semoga dia merasa bangga pada anak-anaknya. Sayang, hadiah terakhir dariku tak pernah dilihatnya, namun sebelum kepergiannya, dia sumringah dan terlihat dari sorot matanya, dia bangga dan senang padaku.

Tugas kita sekarang wahai kakak2ku, mendoakan kedua orang tua, dan selalu mempererat silaturrahmi dengan orang-orang yang disayanginya, kerabatnya, temannya.


"Allohumma firli waliwalidaiya, warhamhuma, kama robbayani soghira"
Kami puas karena sudah berjuang maksimal, kami ikhlas, tak punya penyesalan, dan kami bangga punya Bapak sepertimu, karena kamu adalah Bapak yang taat (Semoga khusnul khotimah) dan sayang pada anak-anakmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Please!